"Hanafi & Al Gozalli: Kembar dalam Perbedaan, Bersatu dalam Kasih"

*Foto keduanya diambil setelah menunggu hampir 5 hari, karena Al Gosalli sedang panas tinggi. 

Pada 14 Juli 2011, pasangan suami-istri Bapak Basuki Yusnanto dan Ibu Wiwik Wijayanti menyambut kehadiran anak kembar mereka, Hanafi Bima Basuki dan Al Gozali Bima Basuki. Kelahiran ini begitu spesial karena keduanya dilahirkan sebagai kembar dikeluarga mereka. Meski lahir kembar, saat mereka tumbuh besar Hanafi, sang kakak, memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan adiknya, Al Gozali, dengan selisih 20 kilogram.  Keluarga bapak Basuki tinggal di Desa Ngarum, kec. Ngrampal, Kab. Sragen.


Hanafi adalah sosok yang tenang, dewasa, dan cenderung protektif terhadap adiknya. Sementara itu, Al Gozali, yang akrab dipanggil Gozali, adalah anak yang ceria, lincah, dan penuh rasa ingin tahu. Meskipun berbeda karakter, keduanya sangat dekat, saling melengkapi, dan sering bekerja sama dalam banyak hal.  Sebagai alumni SD Ngarum 1 keduanya sangat senang menjalani pendidikan di sekolah yang sekarang, Yaitu SMP Negeri 2 Ngrampal kelas 7D dengan wali kelas Ibu Rinta Fitri, S.Pd


Keluarga Besar Bima Basuki 


Hanafi dan Gozali adalah anak bungsu dari empat bersaudara, semuanya laki-laki. Kakak pertama mereka, Bagas Prabowo kini sudah berkeluarga dan tinggal di Magelang bersama istrinya dan seorang anak.  


Kakak kedua mereka, Akbar Gema Persada, tinggal di Jakarta bersama istrinya. Selisih usia yang hampir sepuluh tahun membuat Akbar lebih seperti sosok mentor bagi Hanafi dan Gozali. Akbar sering menghubungi mereka untuk memberikan nasihat, terutama tentang sekolah dan cita-cita.  


Berbeda dengan Bagas dan Akbar yang lahir secara normal, Hanafi dan Gozali terlahir melalui operasi caesar. Ibu Wiwik  selalu menceritakan bagaimana perjuangannya saat mengandung mereka, termasuk menjaga kesehatan agar keduanya lahir dengan selamat.  


Hari-Hari Hanafi dan Gozali


Meski mereka memiliki perbedaan fisik yang mencolok, dengan Hanafi lebih besar dan tegap sementara Gozali lebih ramping, keduanya kerap dianggap kembar identik oleh orang-orang. Di sekolah, Hanafi sering menjadi pelindung Gozali dari anak-anak jail, tetapi Gozali justru yang membuat suasana menjadi hidup dengan guyonannya.  Saat Gozali sakit panas yang tinggi hingga harus istirahat beberapa hari, Hanafi ikut merasa sedih, karena ada yang berbeda saat berangkat sekolah harus sendiri. Sebagai kakak Hanafi selalu siap sedia menunggui adiknya hingga sembuh dan kembali sekolah bersama lagi. 


Hobi mereka pun hampir sama. Mereka suka bermain sepak bola dan bercita-cita menjadi pemain profesional, dan menjadi penulis cerita petualangan. Atas Hobi mereka, kakak dan orang tua mereka  saling mendukung apa pun yang dilakukan.  


Kenangan Bersama Keluarga 


Bagi keluarga besar ini, kebersamaan adalah segalanya. Mereka saling mendukung dalam segala situasi, menjadikan rumah sebagai tempat penuh kasih dan kehangatan. Hanafi dan Gozali pun tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta dan nilai-nilai keluarga yang kuat, menjadikan mereka anak-anak yang tangguh dan penuh harapan.  


Baca juga kisah kembar  part 4: Safa dan Marwa


**Akhir Cerita**  

Hanafi dan Gozali, dua anak kembar dengan perbedaan besar namun hati yang sama, terus menjalani kehidupan mereka dengan ceria dan penuh semangat. Mereka percaya bahwa meski ada perbedaan, keluarga adalah tempat di mana cinta selalu menyatukan. 💖  

*Cerita ini berdasar keterangan sekilas dari anak serta berbagai sumber lain, ditulis sebagai pengingat bahwa sekolah pernah ada mereka sebagai kembar dengan fisik menarik. juga sebagai cara belajar bagi penulis tentang literasi, menuangkan ide- ide yang muncul sesaat terkait hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah dengan  berbagai isinya agar tidak hilang begitu saja. 

Terimakasih Hanafi, Al Gosalli, Bapak Basuki, Ibu Wiwik dan siswa siswi kelas 7D. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Smp n 2 ngrampal goes to gunung kidul&yogyakarta.

ClassMeeting: Ajang Perlombaan Mengekspresikan Semangat dan Talenta Siswa

Mengapa Harus Menjadi Sekolah Adiwiyata?